Learning, Unlearn dan Relearn #GenerasiGigih
Abad 21 merupakan abad yang digadang-gadang akan mengalami banyak perubahan, bisa dikatakan berbagai macam bidang akan mengalami banyak perubahan dikarenakan pesatnya perkembangan pada abad 21, terutama perkembangan dibidang teknologi.
Cepatnya perubahan tersebut maka besar kemungkinan cara belajar pun akan mengalami perubahan dikarenakan kita harus selalu bisa cepat beradaptasi dengan keadaan yang ada dan pintar membaca arah perubahan yang mungkin terjadi selanjutnya.
Mempelajari suatu hal sudah pasti memiliki cara atau trik tersendiri agar bisa cepat paham dan mengerti akan hal yang sedang dipelajari. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah cara belajar yang selama ini kita gunakan akan tetap relevan dengan cepatnya perkembangan pada abad 21 ini?
Mengutip dari Alvin Toffler
“The Illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn and relearn.”
Lalu apa yang dimaksud dengan learn, unlearn dan relearn?
Learning berarti kita mengambil atau menyerap ilmu atau pengetahuan yang sebelumnya kita tidak ketahui.
Unlearn adalah suatu proses yang dimana kita bisa ‘membuang’ dan kemudian memvalidasi (mencari kebenaran) tentang relevansi / hubungan dari pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.
Relearn adalah proses menghubungkan pengetahuan yang baru diketahui dengan seseorang atau hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.
Mungkin agak sedikit aneh dan menyeritkan dahi ketika membaca unlearn, untuk apa repot-repot unlearn kalau kita bisa mengingat semua dalam satu waktu kan?
Hal tersebut yang menjadi celah bagi banyak orang ketika sedang mempelajari suatu ilmu, tidak ingin melakukan unlearn untuk memvalidasi tentang hubungan dari pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.
Padahal, unlearn = humility (rendah hati).
Kok bisa?
Unlearn adalah proses ketika kita menghilangkan sesuatu dari ingatan kita dan kita melupakan pengetahuan tersebut untuk melakukan validasi tentang pengetahuan yang sebelumnya sudah kita ketahui.
Lho untuk apa dilupain?
Sering kali kita merasa sudah memiliki banyak ilmu atau kemampuan (skill) dan tidak mau lagi mempelajari hal baru dari awal, kita merasa cukup dengan pengetahuan atau wawasan yang sudah kita miliki.
Hal itu sering kali terjadi karena proses unlearn terlewat, padahal proses unlearn ini bisa memberikan banyak manfaat, seperti :
- Mengetahui sesuatu hal yang belum familiar.
- Belajar dari ‘lawan’ atau dari pengalaman orang lain.
- Menumbuhkan rasa ingin tahu.
- Menetapkan tujuan sampai tercapai.
Mengutip dari Bruce Lee
“Empty your cup so that it may be filled; become devoid to gain totality”
Seorang Bruce Lee yang memiliki kecepatan bela diri lebih cepat dari sorot kamera pun selalu mengosongkan dirinya untuk bisa mendapatkan yang diinginkannya secara penuh / totalitas. Bruce Lee pun menerapkan proses belajar unlearn untuk selalu rendah diri dan terus belajar walaupun banyak orang yang menganggap Bruce Lee sudah paling top.
Saat proses belajar selesai dilakukan dan merasa sudah mengerti tentang suatu ilmu pengetahuan kita cenderung merasa cukup dan tidak ingin memberikan sedikit space kosong di memory kita untuk melepaskan atau ‘melupakan’ ilmu yang sudah diketahui sebelumnya agar bisa diisi dengan ilmu pengetahuan yang baru dari hasil proses melakukan validasi tentang ilmu pengetahuan tersebut.
Hal yang biasa terjadi adalah ketika proses learning sudah dijalani dan sudah mengerti tentang ilmu pengetahuan tersebut kita merasa cukup, jangankan untuk melangkah ke proses unlearning, proses relearning pun masih sangat jarang dilakukan kecuali jika nanti ada test atau ujian.
Proses relearning juga sangat penting untuk bisa mendapatkan ilmu pengetahuan baru, jika proses relearning dilakukan dengan rasa penasaran. Hal yang membuat manusia ingin mengetahui sesuai pasti karena adanya rasa penasaran.
Jika didasari oleh rasa penasaran, relearning tidak hanya dilakukan untuk kembali me-refresh pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya tetapi juga bisa membawa kita kepada ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi.
Karena proses relearning adalah proses untuk mendapatkan kembali kemampuan atau kebisaan yang sebelumnya sudah kita ketahui lalu menerapkannya secara sedikit atau secara menyeluruh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru berdasarkan rasa penasaran.
Dengan begitu kita bisa mengetahui bahwa semua hal itu bisa berubah dan berganti secara lambat, cepat atau bahkan tidak terduga.
Proses relearning ini memiliki beberapa manfaat :
- Membuka fikiran kita terhadap banyak persepsi.
- Menerima berbagai macam kemungkinan.
- Memahami bahwa tidak ada baik atau buruk tetapi berfokus kepada hal yang penting.
- Memahami bagaimana manusia berfikir dan ‘bekerja’.
5 hal diatas bisa kita dapatkan melalui beberapa cara, seperti :
- Berusaha mencari ilmu pengetahuan yang baru dengan memahami orang lain.
- Bertanya dengan pertanyaan yang tepat.
- Memiliki mentor atau sosok pendamping agar tidak terjebak kepada asumsi sendiri.
Jika proses learning, unlearning dan relearning ini diterapkan dengan tepat, maka akan memberikan efek perubahan yang tepat pada diri kita sendiri.
Sehingga perubahan tersebut akan memberikan kita pengalaman yang bisa menjadi dasar kita untuk berfikir dan bertindak sehingga memiliki perilaku atau attitude yang baik.
Ketika attitude yang baik sudah kita miliki didalam diri maka pertumbuhan yang pesat pasti akan kita dapatkan, entah itu dalam hal pekerjaan, karir, pertemanan apalagi tentang ilmu pengetahuan.
Materi ini saya dapatkan ketika saya tergabung didalam Webinar yang berjudul Getting ahead by learning to unlearn and relearn, pembicaranya adalah Aleisha Fiona (Founder Komunitas Relearn Indonesia) pada program #GenerasiGigih yang dilaksanakan oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB).
Webinar ini membuat saya menyadari bahwa saya melakukan kesalahan yang sangat penting kita saya belajar tentang pemrograman terutama pemrograman Web.
Saya terlalu fokus untuk memahami perilaku pada setiap code dan mengerti apa yang code itu lakukan. Setelah saya paham dan mengerti (learn), saya hanya mengulangnya (relearn) setiap hari, tetapi saya sama sekali tidak memberikan space kosong didalam memory saya (unlearn) agar saya bisa memahami lebih dalam tentang code-code yang sedang saya pelajari.
Jika saja sebelumnya saya mengetahui teknik belajar seperti ini, maka proses belajar pemrograman web saya akan menjadi lebih efektif dan cepat. Karena saya membuka peluang bagi pengetahuan-pengetahuan baru yang berkaitan dengan pemrograman web yang bisa membuat saya semakin mahir dan paham tentang pemrograman.
Ditulis oleh :
Rhenaldo Arya Pangestu — GBE01125